Kamis, 28 April 2011

Komik Miiko Chan

Assalmu'alykum....


          Hari ini aku ter-ingat ma komik yang satu ini. 

Yap Miiko !!
Entah waktu itu aku kepikiran apa ???   Kalu ga slh aku beli  yang pertama kali y no 17 ini sama edisi spesial no.3 klo g salah sie... Ternyat gak disngka, bagus juga ya ^_^ 
di sini aku suka karakter papa Miiko hohohoho


Ini dia nih, huff.. ternyata papa Miiko tidak terkenal di dumy hiks hiks T__T , kenapa aku suka ma karakter papa Miiko? karena Papa San baik sekali sama miiko yang sembrono huhuhuhuhu.......
Papa san juga pandai memasak ^_^   Ayoooo semangat Papa San >__<

Minggu, 24 April 2011

Mohon Maaf ya + Perbaikn Blog

Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarohkatuh

Ter-untuk [cieeeee...] temen-temen Blog di mana pun berada, Dwi mau minta maaf..... Afwan Dwi mungkin agak lama balas postingan kalian, cuz ada masalah ni di Blog na Dwi ^___^ termasuk banner2 temen-temen yang gak bisa muncul semuanya di sini >_<  But, tenang aja Dwi ada buat copy-an alamat banner2 temen-temen semua. Sabar yaaaah, tunggu smuanya bisa muncul semua.... Huuff...

Oia, buat temen-temen yang pingin Dwi kunjungi Blog na [cuz Dwi jarang onlen] pa tau uda terhapus di chat box. kirimi Dwi alamat url Blog temen-temen ke email Dwi yah : shirayukisama@yahoo.com
Nanti pas Dwi onlen,  Dwi datang melawat friends semua ^__^
     btw~~~
Dwi doakan semoga Bloger semua sehat wal afiat, amiiiin........ Dimudahkan dalam urusannya amiiinnnn

Wassalam

Rabu, 20 April 2011

Senin, 18 April 2011

Pusing sing sing.com

Giman si supaya kode link blog q tampil pake kotak gitu. biarbisa tukeran link. hiks hiks

ni q uda bwt link blog q

<a href="http://shirayukisama.blogspot.com" target="_blank"><img src="http://farm6.static.flickr.com/5229/5632897895_8bfaf47857.jpg" width="120" height="60"></a>

Minggu, 10 April 2011

Bagi yang Mau Belajar Bahasa Arab

Assalamu'alaykum........
Semoga link dibawah ini bermanfaat bagi penulis atauppun pembaca, Amiiiiiiiiiin.......
http://badaronline.com/daftar-isi

Bingkisan Paling Berharga Untuk si Kecil

Fase kanak-kanak merupakan tempat yang subur bagi pembinaan dan pendidikan. Masa kanak-kanak ini cukup lama, dimana seorang pendidik bisa memanfaatkan waktu yang cukup untuk menanamkan dalam jiwa anak, apa yang dia kehendaki. Jika masa kanak-kanak ini dibangun dengan penjagaan, bimbingan dan arahan yang baik, dengan izin Allah subhanahu wata’ala maka kelak akan tumbuh menjadi kokoh. Seorang pendidik hendaknya memanfaatkan masa ini sebaik-baiknya. Jangan ada yang meremehkan bahwa anak itu kecil.
Mengingat masa ini adalah masa emas bagi pertumbuhan, maka hendaknya masalah penanaman aqidah menjadi perhatian pokok bagi setiap orang tua yang peduli dengan nasib anaknya.
Penanaman Aqidah
Aqidah islamiyah dengan enam pokok keimanan, yaitu beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, serta beriman pada qadha’ dan qadar yang baik maupun yang buruk, mempunyai keunikan bahwa kesemuanya merupakan perkara gaib. Seseorang akan merasa hal ini terlalu rumit untuk dijelaskan pada anak kecil yang mana kemampuan berfikir mereka masih sangat sederhana dan terbatas untuk mengenali hal-hal yang abstrak.
Sebenarnya setiap bayi yang lahir diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala di atas fitrah keimanan.
Allah berfirman dalam QS. Al Α’rof: 172 yang artinya,
“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) ‘Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami menajdi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah).’”
Adalah bagian dari karunia Allah subhanahu wata’ala pada hati manusia bahwa Dia melapangkan hati untuk menerima iman di awal pertumbuhannya tanpa perlu kepada argumentasi dan bukti yang nyata. Dengan demikian, menanamkan keyakinan bukan dengan mengajarkan ketrampilan berdebat dan berargumentasi, akan tetapi caranya adalah menyibukkan diri dengan al Quran dan tafsirnya, hadits dan maknanya serta sibuk dengan ibadah-ibadah. Kita perlu membuat suasana lingkungan yang mendukung, memberi teladan pada anak, banyak berdoa untuk anak, dan hendaknya kita tidak melewatkan kejadian sehari-hari melainkan kita menjadikannya sebagai sarana penanaman pendidikan baik itu pendidikan aqidah maupun pendidikan lainnya.
Teladan Kita
Jika kita perhatikan para rasul dan nabi, mereka selalu memberikan perhatian yang besar terhadap keselamatan aqidah putera-putera mereka. Perhatian nabi Ibrahim, diantaranya adalah sebagaimana terdapat dalam firman Allah subhanahu wata’ala yang artinya:
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. (Ibrahim berkata): Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam.” (QS. Al Baqoroh: 132)
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)
Demikian juga Lukman mempunyai perhatian yang besar pada puteranya sebagaimana wasiatnya yang disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya:
“(Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16)
“Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu dia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Sejak Masih Kecil
Perhatian terhadap masalah aqidah hendaknya diberikan sejak anak masih kecil. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam memberikan perhatian kepada anak-anak meski mereka masih kecil. Beliau membuka jalan dalam membina generasi muda, termasuk diantaranya Ali bin Abi Thalib yang beriman kepada seruan nabi ketika usianya kurang dari sepuluh tahun. Begitu juga dalam menjenguk anak-anak yang sakit pun beliau memanfaatkan untuk menyeru mereka kepada Islam yang ketika itu di hadapan kedua orang tua mereka.
Kita juga bisa melihat bagaimana Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasalam mengajarkan permasalahan aqidah pada Ibnu Abas radhiyallahu ‘anhu yang pada saat itu dia masih kecil. Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah lalu beliau bersabda, “Wahai anak muda, sesungguhnya aku mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan kemanfaatan kepadamu mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan kemudharatan terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan kemudharatan itu terhadapmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.”
Jika para teladan kita begitu perhatian dengan anak-anak sejak mereka masih kecil, maka sangat mengherankan jika kita membiarkan anak-anak kita tumbuh dengan kita biarkan begitu saja terdidik oleh lingkungan dan televisi.
Masih banyak kita dapati bahwa oleh banyak orang, anak kecil dianggap tidak layak untuk diberi penjelasan mengenai Al Quran dan maknanya, dianggap tidak berhak untuk diberi perhatian terhadap mentalitasnya. Terkadang dengan berdalih “Kemampuan berfikir anak kecil masih sederhana, maka tidak baik membebani mereka dengan hal-hal yang rumit dan berat. Tidak baik membebani anak di luar kesanggupan mereka.” Atau kita juga banyak mendapati ketika anak terjatuh pada kesalahan-kesalahan, mereka membiarkan begitu saja dengan berdalih “Ah… tidak apa-apa, mereka kan masih kecil.”
Dalih yang disampaikan memang tidak sepenuhnya salah, namun sayangnya tidak diletakkan pada tempatnya. Wallahu a’lam.
Maroji’: Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Tilf (terj. Mendidik Anak Bersama Nabi)
***
(uus)
Artikel ini telah dipublish di www.muslimah.or.id

Tips Membiasakan Anak Memakai Jilbab

Berikut beberapa tips yang bisa digunakan agar balita Anda berkenan memakai jilbab dan menikmatinya:
  1. Jangan biasakan anak untuk tidak berpakaian atau berpakaian seadanya, bahkan sejak masig bayi, hanya karena alas an panas. Hal itu bisa kita siasati dengan sering mengganti pakaian atau popoknya.
  2. Pada awalnya, biasakan anak yang berusia dibawah empat bulan mengenakan topi ketika keluar Rumah, walaupun hanya berjalan-jalan di depan Rumah.
  3. Setelah ia berusia empat bulan, mulailah mencoba untuk memakaikan kerudung kecil padanya.
  4. Pilihlah kerudung yang nyaman dipakai, seperti menggunakan kerudung dari bahan kaos atau yang menyerap keringat, sehingga dapat mengurangi gatal da panas saat beraktivitas.
  5. Pilihlah kerudung dengan warna yang menarik dan motif yang indah. Pilihkan jilbab yang modelnya lucu dan pakaian dengan warna favorit anak, sehingga ia suka memakainya. Pastikan pakaian itu menutup aurat dan tidak mengurangi ruang geraknya.
  6. Sediakan kerudung dengan jumlah yan tidak terlalu sedikit, sehingga dapat memberi kesempatan kepada anak untuk memilih kerudung yang hendak dipakainya.
  7. Biasakan memakai kerudung ketika keluar rumah.
  8. Beritahu anak mana pakaian yang pantas atau cocok untuk di dalam umah, dan mana pakaian yang bisa dipakai untuk keluar Rumah. Misalnya anak boleh mengenakan pakaian tanpa lengan da tidak berjilbab apabila di dalam rumah saja.
  9. Pujilah anak ketika mengenakan kerudung agar hatinya merasa senang. Orang tua bisa memujinya dengan pujian yang sederhana, seperti, “Duh, pinternya anakku kalau pakai jilbab! Masyaallah.. ”
  10. Bila anak sudah mampu berbicara dengan baik, terangkan kepadanya tentan perintah berjilbab dan keutamaannya.
  11. Bila anak akan memasuki usia baligh, terangkanlah tentang jilbab dalam pandangan syar’i, dan ajaklah untuk menyesuaikan pakaian yang dikenakannya sesuai dengan kaidah syar’i
***
Disalin dengan sedikit pengeditan dari:
Mendidik Balita Mengenal Agama
Asadullah Al Faruq
Kiswah Media
mendidik balita mengenal agama
toko-muslim.com
http://toko-muslim.com/blog/tips-membiasakan-anak-memakai-jilbab.html

Minggu, 03 April 2011

Mengapa Bangsa Indonesia Membenci Islam?


Kemalangan terbesar bangsa Indonesia, ialah ketika mereka beragama Islam, tetapi tidak mengerti kekuatan besar yang dimiliki agamanya. Bahkan yang lebih parah lagi, mereka hidup dengan memendam kebencian besar kepada ajaran Islam dan orang-orang yang berusaha memperjuangkannya.
Masyarakat Indonesia bisa diibaratkan seperti orang-orang dusun di pelosok terpencil, yang diberi hadiah mobil sedan Mercy seri terbaru. Mobilnya luar biasa, sangat canggih, merupakan inovasi teknologi paling mutakhir. Sayangnya, mobil mewah itu tidak bisa dipakai apa-apa. Jangankan dioperasikan, orang-orang dusun itu bahkan tidak pernah melihat mobil sedan. Bagaimana akan merasakan canggihnya Mercy, kalau melihat saja belum. Akhirnya, mobil itu pun hanya dielus-elus saja, setiap pagi dan sore. Malah ada yang dimandikan bersama domba-domba.
ISLAM: Anugerah Agung yang Disia-siakan Bangsa Indonesia!
Buruknya kehidupan masyarakat Indonesia selama ini menjadi BUKTI besar, bahwa mayoritas rakyat negeri ini tidak mengerti ajaran Islam. Andaikan mereka mengerti dan mengamalkan, mustahil hidupnya akan terhina.
Ajaran Islam bukan hanya memiliki sekian banyak nilai-nilai yang agung, tetapi ia juga sangat menakutkan bagi ideologi kapitalisme Barat. Tidak ada ideologi apapun yang begitu menakutkan Barat, selain Islam. Mereka sudah mempelajari sejarah kegemilangan peradaban Islam selama ribuan tahun. Tidak aneh kalau Barat membuat studi orientalisme, dalam rangka menjelek-jelekkan citra Islam, dan menyesatkan pandangan manusia terhadap Islam.[1]
Andaikan bangsa Indonesia tahu keagungan agama yang dipeluknya selama ini, niscaya mereka akan sangat malu ketika sekian lama meninggalkan Islam, mengabaikan Islam, melecehkan Islam, apalagi memusuhi Islam. Banyak tokoh-tokoh Barat yang secara kesatria mengakui keagungan Islam. Bahkan Mahatma Gandhi pun tidak bisa menyembunyikan kekagumannya kepada agama ini.[2] Hanya orang-orang berwawasan minus saja yang akan meremehkan Islam.
Disini akan kita bahas sedikit bukti-bukti keagungan ajaran Islam. Saya menyebutnya 21 Sifat Mulia ajaran Islam. Semua sifat-sifat ini sangat dibutuhkan bangsa Indonesia agar bangkit dari keterpurukan. Bahkan sifat-sifat itu mencerminkan keunggulan Islam atas sistem apapun yang dikenal manusia.
[1] Islam adalah agama yang anti korupsi. Ini adalah jelas dan tidak diragukan lagi. Islam menentang pengkhianatan, kecurangan, penyalah-gunaan wewenang untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok. Dalam hadits disebutkan, “Allah melaknat seorang penyuap dan yang disuap.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dll).
[2] Islam adalah agama yang anti penindasan ekonomi. Jangankan penindasan, monopoli orang-orang kaya dalam distribusi ekonomi, juga dilarang dalam Islam. Adanya instrumen Zakat ialah salah satu cara untuk mengatasi monopoli kekayaan tersebut. “Agar harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya kalian saja.” (Al Hasyr: 7). Islam juga anti praktik rentenir (ribawi), perjudian, penipuan yang menyebabkan kezhaliman ekonomi.
[3] Islam menentang kezhaliman. Ini sangat jelas. Kezhaliman adalah perbuatan haram, penyebab kegelapan di dunia dan Akhirat. Islam menentang segala bentuk kezhaliman baik yang nyata maupun samar. “Janganlah kalian mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yang nampak maupun tersembunyi.” (Al An’aam: 151).
[4] Islam menentang penjajahan. Penjajahan adalah puncak kezhaliman manusia. Langit dan bumi tidak akan tenang, selama masih ada penjajahan. Islam menentang semua itu. “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian berbuat adil, berbuat ihsan, memberi karib-kerabat, mencegah kalian berbuat keji, munkar, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian mengambil pelajaran.” (An Nahl: 90).
[5] Islam anti fanatisme kesukuan. Islam menghargai dan mengakui eksistensi keragaman suku dan etnis. Tetapi Islam melarang sikap rasialis, penindasan terhadap etnis, serta fanatisme kesukuan berlebihan. Tidak ada etnis apapun yang lebih mulia, selain karena kualitas takwanya. “Sesungguhnya semulia-mulia kalian di sisi Allah, ialah yang paling takwa dari kalian.” (Al Hujurat: 13).
[6] Islam menjunjung tinggi moral. Moralitas adalah fondasi kehidupan sebuah bangsa. Moral yang kuat akan melahirkan bangsa kuat; moral yang rusak akan menghancurkan bangsa. Logika yang paling mudah, jika ada dua orang pemuda, satu orang sering mabuk-mabukan, satu lagi rajin shalat sunnah; maka yang lebih bisa diandalkan dalam menghadapi segala masalah, ialah pemuda yang rajin shalat. Begitu pula, bila ada dua pejabat, yang satu suka zina dan yang lain suka mengaji; maka pejabat yang suka mengaji lebih banyak manfaatnya bagi institusi yang dia pimpin. “Dan janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk.” (Al Isra’: 32).
[7] Islam memuliakan wanita. Tidak diragukan lagi. Ajaran Islam sangat memuliakan posisi wanita. Hingga ada yang mengklaim, kaum wanita belum pernah dimuliakan, kecuali setelah Islam datang. Bangsa-bangsa Barat memberikan kebebasan penuh kepada wanita. Tetapi pada saat yang sama, wanita-wanita Barat tidak dilindungi, tidak diberikan hak-haknya, tidak dimuliakan, bahkan selalu dieksploitasi. Dalam Islam, suara kaum wanita dihargai; pendapat mereka diterima; kehormatan mereka dijaga; kezhaliman atas mereka diharamkan; hak-hak nafkah mereka diberikan; hak waris juga diberikan; hak menentukan masa depan pernikahan, diakui; hak ibadah mereka dihargai; hak menikah, hamil, melahirkan, menyusui, berada dalam nifas, juga dilindungi; apabila terjadi perceraian dalam keluarga, posisi mereka tidak dirugikan. Bahkan hak-hak politik kaum wanita juga dihargai. Luar biasa, belum ada konsep apapun yang memberikan begitu banyak kemuliaan kepada wanita, selain Islam. Dalam riwayat dikatakan, “Sesempurna-sempurna keimanan seorang Mukmin ialah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian ialah yang paling baik kepada wanita-wanitanya.” (HR. Tirmidzi).
[8] Islam mendidik generasi. Islam memberikan perhatian besar pada pendidikan anak-anak, sebagai generasi penerus bangsa. Anak-anak tidak boleh diterlantarkan, dari sisi kebutuhan makan-minum, perlindungan fisik, pembinaan ilmu, mentalitas, kecakapan hidup. Dalam Al Qur’an dijelaskan, “Hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatirkan (masa depan) mereka.” (An Nisaa’: 9). Bukan hanya anak-anak kaum Muslimin, bahkan anak-anak non Muslim pun dilindungi. Dalam hukum perang Islami, anak-anak musuh tidak boleh diganggu.
[9] Islam mendidik ketenteraman jiwa. Islam juga membuktikan dirinya sebagai agama yang sukses dalam memberikan ketenangan jiwa kepada para pemeluknya. Islamlah satu-satunya konsep agama yang menghidupkan potensi spiritual secara sempurna. Salah satu instrumen ketenangan jiwa yang diajarkan Islam ialah dengan berdzikir. “Ketahuilah, bahwa dengan mengingat Allah, hati-hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’du: 28).
[10] Islam membangun kesejahteraan hidup. Bukan hanya kebutuhan jiwa, batin, atau hati, yang diperhatikan. Tetapi Islam juga sangat memperhatikan kebutuhan ekonomi (materi) manusia. Untuk itu Islam mengatur hukum-hukum muamalah, perdagangan, transaksi, pertanian, emas-perak, dll. Rasulullah Saw mengatakan, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari). Hadits ini memberikan spirit agar kaun Muslimin giat bekerja, sehingga bisa membantu orang lain; bukan selalu meminta-minta. Bahkan kalau sudah selesai Shalat, kita dianjurkan bertebaran di muka bumi untuk mencari rizki Allah (lihat Surat Al Jumu’ah, ayat 10).
[11] Islam mengokohkan persuadaraan. Islam mengembangkan persaudaraan, kesetia-kawanan, serta ikatan sosial yang tulus. Islam mengajarkan untuk mengatasi perpecahan, memperbaiki sengketa, dan mendamaikan konflik. Bahkan sejatinya, Islam tidak memberi tempat bagi berkembangan perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Slogan Islam sangat jelas, “Bahwasanya, orang-orang beriman itu saling bersaudara, maka damaikanlah (persengketaan) antara kedua saudaramu (yang berselisih).” (Al Hujurat: 10).
[12] Islam memajukan ilmu pengetahuan. Dalam Islam, ilmu pengetahuan dihargai, dikembangkan sebaik mungkin, baik ilmu agama maupun ilmu umum yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sejarah Islam telah melahirkan beribu-ribu ulama agama, di bidang Fiqih, Tafsir Al Qur’an, Hadits Nabi, sejarah, bahasa, sastra, spiritualitas, perjuangan, dll. Begitu pula, Islam telah melahirkan tokoh-tokoh sains dunia, seperti Ibnu Rusyd, Al Khawarizmi, Al Kindi, Al Biruni, Ibnu Khaldun, Ibnu Batutah, dll. Orang-orang berilmu dihargai dalam Islam. “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antara kalian, dan orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derajat.” (Al Mujadilah: 11).
[13] Islam menegakkan keadilan hukum. Islam sangat konsisten dalam menegakkan hukum, sehingga memberi rasa keadilan bagi yang dirugikan, memberi rasa aman bagi yang teraniaya, memberi pertolongan bagi yang dizhalimi. Islam tidak menoleransi kezhaliman atas siapapun, baik Muslim atau non Muslim. Sehingga Rasulullah Saw pernah mengatakan, “Seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya.” (HR. Bukhari-Muslim).
[14] Islam menjaga kehormatan manusia. Islam menghargai harkat manusia, sebagai makhluk Allah yang mulia. Islam tidak menoleransi perbuatan melecehkan, menghina, mempermalukan, membongkar aib-aib, menelanjangi diri, dll. Jangankan menghina atau memfitnah, sekedar membicarakan aib-aib orang lain saja dilarang. “Wahai orang-orang beriman, jauhilah perbuatan berprasangka buruk, karena sebagian prasangka buruk itu adalah dosa. Janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling membicarakan aib satu sama lain.” (Al Hujurat: 12).
[15] Islam peduli kesehatan. Luar biasa, Islam adalah agama yang peduli dengan kesehatan. Kesehatan sangat berpengaruh bagi kepentingan ibadah manusia. Bila kesehatan tertanggu, urusan bekerja, belajar, beramal, berbuat kebaikan, bergaul, membantu masyarakat, dll. juga akan terganggu. Begitu detailnya perhatian Islam terhadap kesehatan, hingga para ulama menyusun kitab tersendiri, Thibbun Nabawi (pengobatan kenabian). Disana dijelaskan tentang kegunaan madu, bekam, habbatus sauda’, dan pengobatan herba lainnya.
[16] Islam menyuburkan kepedulian sosial. Banyak aspek-aspek ajaran Islam yang menjelaskan tentang keutamaan menolong sesama, membantu yang kekurangan, menolong yang kesusahan, dll. Rasulullah Saw mengatakan, “Siapa yang menolong hajat saudaranya, maka Allah akan menolong hajatnya. Siapa yang membebaskan seorang Muslim dari kesulitan, maka kelak Allah akan membebaskan dia dari kesulitan di antara kesulitan-kesulitan Hari Kiamat.” (HR. Bukhari-Muslim).
[17] Islam memelihara kelestarian lingkungan. Allah Ta’ala selalu mengingatkan manusia tentang perbuatannya yang menyebabkan kerusakan di daratan dan lautan. Allah memberi peringatan keras kepara perusak kehidupan dan alam. Dalam Al Qur’an disebutkan, “Dan janganlah kalian merusak di muka bumi, setelah (Allah) memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, jika kalian orang-orang yang beriman.” (Al A’raaf: 85).
[18] Islam melindungi HAM. Islam bukan saja mengakui hak-hak hidup manusia, tetapi Islam sangat menghargai hidup manusia. Salah satu tujuan Syariat Islam ialah hifzhun nafs (menjaga jiwa manusia). “Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, melainkan karena alasan yang benar.” (Al An’aam: I51). Pembunuhan seperti itu merupakan dosa besar dan kerusakan di muka bumi. Pelakunya bisa diberi sanksi hukum qishash (diberi sanksi setimpal dengan perbuatannya). Bukan hanya membunuh orang lain, Islam bahkan melarang membunuh diri sendiri (An Nisaa’: 29).
[19] Islam menjaga kedaulatan bangsa. Ajaran Islam mengharamkan penjajahan, penindasan, perampasan hak-hak kemerdekaan. Semua itu merupakan kezhaliman besar yang ditentang oleh Islam. Dengan sendirinya, Islam melindungi kedaulatan suatu bangsa, secara de facto maupun de jure. Islam meninggikan seruan Jihad Fi Sabilillah dalam rangka membebaskan negeri-negeri dari penjajahan, atau dalam rangka membela bangsa dari ancaman invasi bangsa-bangsa penjajah. Hal ini terbukti dalam sejarah negara-negara Muslim, sejak dari Maroko sampai Merauke (Indonesia).
[20] Islam melawan kriminalitas. Islam berdiri paling depan dalam rangka melawan perampokan, pencurian, penipuan, penjarahan, pembunuhan, genosida, penganiayaan, korupsi, dll. Segala tindak kriminal, tidak diberi toleransi dalam Islam, sebab agama ini melindungi hak-hak manusia secara penuh. Maka kita tidak pernah mendapati fakta sejarah, bahwa kaum Muslimin melakukan perbuatan-perbuatan kriminal untuk mencapai kemenangan. “Dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (Al A’raaf: 74).
[21] Islam menentang terorisme. Terorisme ialah perbuatan menyerang, merusak, menghancurkan fasilitas-fasilitas umum atau sasaran sipil, dalam rangka menciptakan rasa takut, untuk mencapai tujuan-tujuan politik tertentu. Perbuatan demikian sangat ditentang dan tidak diperbolehkan. Hal itu dianggap sebagai menyebarkan fitnah (cobaan) di tengah-tengah masyarakat, dan merupakan perbuatan merusak di muka bumi. Perbuatan demikian dianggap lebih buruk dari pembunuhan. “Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.” (Al Baqarah: 191, 217).
Apa yang disebutkan disini ialah sebagian dari sifat-sifat keagungan ajaran Islam. Bila mau diteliti lebih dalam lagi, insya Allah masih banyak kemuliaan-kemuliaan Islam. Namun dari 21 Sifat Mulia ini sudah cukup untuk menjelaskan kepada bangsa Indonesia yang selama ini tidak mengerti tentang Islam.
Banyak aktivis LSM membenci Islam; banyak politisi sekuler membenci Islam; banyak perwira polisi membenci Islam; banyak perwira militer membenci Islam; banyak pejabat birokrasi membenci Islam; banyak pengusaha/konglomerat membenci Islam; banyak wartawan media membenci Islam; banyak seniman/selebritis membenci Islam; banyak pakar/pengamat membenci Islam; banyak akademisi membenci Islam; banyak mahasiswa membenci Islam; banyak generasi muda membenci Islam; dan lain-lain.
Luar biasa. Bagaimana mereka membenci Islam, sedangkan agama ini penuh sesak dengan nilai-nilai kemuliaan? Bagaimana mereka membenci Islam, sedangkan agama ini merupakan Wahyu yang turun dari langit? Dimanakah mereka letakkan akal pikirannya? Atau jangan-jangan, di kepala mereka tidak ada isinya?
Ini adalah tantangan terbuka bagi siapapun yang membenci Islam, khususnya membenci Syariat Islam. Cobalah Anda cari agama, ajaran, ilmu pengetahuan, ideologi, konsep pemikiran, sistem kehidupan, sistem politik, filosofi militer, dan apapun yang lebih baik dari ajaran Islam! Carilah semua itu, sejak dari ujung Barat sampai ujung Timur, dari Kutub Utara sampai Kutub Selatan! Cari dan cari, lalu hidangkan hasilnya ke tengah-tengah kehidupan kita ini!
Demi Allah, Anda tidak akan mendapati apapun yang bisa menyaingi ajaran Islam. Jangankan mengungguli, mendekati saja tidak ada. Islam adalah agama yang tinggi. Hal itu sudah jelas-jelas disebutkan dalam Al Qur’an. “Dan janganlah kalian merasa hina dan bersedih hati, karena kalian adalah yang paling tinggi, jika kalian beriman (kepada Allah).” (Ali Imran: 139).
Adalah suatu kebodohan –bahkan sebodoh-bodohnya akal manusia- ketika bangsa Indonesia bersikap buruk kepada ajaran Islam. Bagaimana bisa kita berbuat seperti itu, padahal Islam memiliki begitu banyak ilmu pengetahuan yang sangat kita butuhkan untuk mencapai kemajuan? Ibaratnya, seperti seseorang yang menderita sakit, lalu diberi madu, tetapi dia malah memaki-maki madu itu dan menuduhnya sebagai racun. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Lalu dengan teori apa Indonesia bisa bangkit dan maju? Apakah teori nasionalisme, sekularisme, militerisme, kapitalisme, sosialisme, pluralisme, chauvimisme, diktatorisme, atau liberalisme? Lihatlah, fakta sudah berbicara sangat telanjang. Teori-teori yang diyakini bangsa Indonesia selama ini telah membuatnya kehiilangan kedaulatan, bahkan hidup dijajah kembali, setelah 65 tahun merdeka. Sampai kapan lagi semua kepincangan itu akan dilanjutkan?
Tidak ada yang membenci Islam, melainkan empat golongan saja. Pertama, orang yang tidak tahu ajaran Islam dan termakan oleh fitnah permusuhan. Kedua, orang yang tahu keagungan Islam, tetapi tidak rela jika ajaran Islam berlaku, karen ia akan memperbaiki kehidupan rakyat. Inilah kaum pendengki yang gemar menindas manusia. Ketiga, orang-orang yang bekerja, mencari nafkah, atau mendapat sponsor dengan memusuhi Islam. Kelompok ini termasuk “pencari kerja” yang paling busuk. Dan keempat, para penjajah yang memang ketakutan dengan kekuatan Islam yang bisa meruntuhkan praktik penjajahan mereka.
Semoga bangsa Indonesia bisa mengambil pelajaran. Amin ya Karim. Walhamdulillahi Rabbal ‘alamiin.
[AMW].

http://abisyakir.wordpress.com/2010/11/22/mengapa-bangsa-indonesia-membenci-islam/
http://cokiehti.wordpress.com/2010/11/29/mengapa-bangsa-indonesia-membenci-islam/